Naruto Chapter 582 - "tidak ada" part II

Ucap salah seorang anggota. "Apa yang harus kita lakukan kak ? Ada darah keluar dari kepalanya ... Dia akan segera mati" Ucap yang lain ke ketua mereka. "Apa kau akan membawanya bersama kita ?" "Urushi ... Lukanya tak separah yang kau katakan ... jangan khawatir, aku tahu beberapa ninjutsu medis" si Ketua mengobati luka Kabuto kecil. "?" Perlahan Kabuto sadar, namun belum berbicara. "Bagaimana orang tuamu? Siapa namamu?" Si ketua bertanya. "..." Kabuto tetap diam. "Dia tak tahu apa-apa" Ucap salah seorang anggota, Urushi. "Urushi, bantu dia bangun" Pinta si kapten. "Kau tahu, kau beruntung ... Ayolah, pegang tanganku" Ucap Urushi. ..... "Itulah hal paling awal yang bisa ku ingat ... Aku tak ingat apapun sebelum itu ... Aku tak tahu siapa orangtuaku, bahkan tak tahusiapa namaku" ..... Setelahnya, Kabuto kecil dibawa menuju penginapan oleh kelompok tadi. Ke sebuah bangunan yang di dalamnya terdapat cukup banyak anak-anak. "Lukamu sembuh dengan baik ..." Ucap si kapten. "Hei kau, setidaknya bilanglah terimakasih ... Apa kau tak tahu Tata Krama?" "Hei kau ... coba pakai ini ... Siapa tahu terjadi sesuatu lagi pada kepalamu" Urushi usil dan memakaikan sebuah topi baja ke kepala Kabuto. "Ukkh" Kabuto tak banyak bersuara dan terus diam, tampak masih kebingungan dengan wajah yang masih sangat polos. "Mulai sekarang kau akan tinggal disini ... Dengan kata lain, mulai sekarang aku menjadi ibumu... Kau boleh bertanya apa saja padaku" Ucap sikapten tadi, seorang wanita berkaca mata. "Hmm, tapi apa tak masalah kalau ia tak punya nama?" Seorang anak bertanya. "Benar juga, bagaimana kalau ia kita berinama?? Hmm ... Bagaimana kalau ... Kabuto?" "..." Kabuto kecil tersenyum. "Ah!!! Dia tersenyum!!! Dia pasti menyukai nama itu!!!" "Baguslah ..." Malam harinya ... Semua anak tampak sudah tidur. Keculai satu, Kabuto kecil ... Ia masih termenung dan teringat kata-kata : "Setidaknya bilanglah terimakasih ... Apa kau tak tahu Tata Krama?" Kabuto bangun dan berdiri, bersiap untuk pergi ke suatu tempat. Akhirnya, ia sampai di depan pintu dan kemudian terdiam. Terdengar suatu percakapan dari balik pintu, tampaknya para orang dewasa, termasuk si wanita berkacamata. "Kita tak akan bisa melakukannya lagi kalau hanya mengandalkan bantuan dari Desa dan Negara ... Kita harus bernegosiasi dengan mereka lagi" "Mereka tetap tak akan memberi kita lebih dari ini" para pengurus panti itu tampak sedang mengalami masalah ekonomi. "Tapi cuma itu yang bisa kitalakukan ... Kita bahkan memiliki anak baru lagi sekarang" "..." Dari balik pintu, Kabuto terus terdiam. "Baik ... Akan ku coba melakukan sesuatu ... Jadi kumohon ..." "Ouch!!!!" Tanpa sengaja Kabuto mengeluarkan bunyi. " !!!?? " Orang-orang dewasa jadi kaget dan lalu membuka pintu. "Kau masih bangun !!?? Apa yang kau lakukan !? Ini waktunya untuk tidur !!!!" "...!" Kabuto kecil ketakutan. "Anak ini anak baru ... Jadi belum tahu jadwal dan peraturannya ... Jadi, ku mohohn maafkan dia" Pinta si perempuan berkacamata. "Huh, kau itu terlalu ramah ... Kau, ikutlah denganku dan lihat jam itu !" Si pengurus, perempuan yang agak gemuk memperlihatkan Kabuto kecil pada jam yang menunjukan pukul 09:20. "Ini sudah dua puluh menit lebih dari jam malam ... Jadi, jam berapakah jam malamnya ?" "..." Kabuto melihatnya dengan seksama, namun ia tak mampu menjawab. "Ayolah, jam berapa ? Bilang dan ingatlah ..." "..." Kabuto terus memperhatikan jam dengan lebih seksama, namun tetap saja ia tak bisa menjawab. "Ku pikir dia masih terlalu kecil untuk bisa menghitung dan membaca jam ... Jadi biarkan saja dia sendiri hari ini" Ucap pengurus lainnya, seorang lelaki tua. "Jam sembilan" Ucap Kabuto. "Eh?" Dua pengurus tadi kaget. "Benar" Ucap si perempuan berkacamata sambil tersenyum. Kini perempuan itu tak lagi memakai kacamata, ia memakaikan kacamata itu pada Kabuto. "Haha, jadi dia cuma memiliki penglihatan yang buruk ya ... Dia cukup pintar di usianya ... Dia cuma butuh kacamata" Ucap si pengurus, lelaki tua. "Kita tak punya uang untuk itu ... Kalau kau tak bisa melihat, bilang saja" Kabuto hendak melepas kacamatanya dan mengembalikan itu ... Akan tetapi, si perempuan mencegatnya. "Sekarang kau akan tepat waktu ... Ku harap lensanya cocok untukmu" Ia memberi kacamata itu. "..." Kabuto kecil terdiam. Dan perlahan, ia menangis, terharu. "Terimakasih ... Hiks" Ucapnya. "Terimakasih .... Terimakasih" Kabuto kecil melepas semua bebannya selama ini. "Tidak apa-apa ..." Ucap si perempuan. ----- Flashback Berakhir ----- "Namaku adalah sebuah kode ... Kacamataku hanyalah sebuah alat ... Sejak dari awal ... Aku bukanlah siapa-siapa ... Aku tidak memiliki apa-apa" Ucap Kabuto.

Artikel Terkait

0 komentar: